welcome ^_^


Trimakasih Telah Berkunjung ^_^

Jumat, 12 April 2013

ARKANUL IMAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang wajib disembah.
Umat islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dalam agama islam dikenal dua pilar penting yang menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam. Iman. Menurut bahasa, artinya membenarkan. Sedangkan, iman menurut istilah syariat, maksudnya mengakui dengan lisan (perkataan), membenarkan (tashdiiq) dengan hati dan mengamalkannnya dengan anggota tubuh.
Iman dan Islam tidak dapat dipisah, termasuk juga ehsan. Ini menjelaskan banyak perkara yang menjadikan kita berpegang teguh pada ajaran Islam. Islam ertinya tunduk dan patuh untuk menuruti segala yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w dan setiap orang Islam haruslah patuh dengan apa yang dikerjakan dan mengakui Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah pesuruhnya. Bagi orang yang ingkar kebenaran agama Islam adalah termasuk orang yang kufur. Kufur bererti mengingkari kebenaran agama Islam dan tidak mengaku kebenaran Allah dan segala ajaran Rasulullaah s.a.w.


B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Apa Pengertian Iman dan Rukun Iman?
2.    Apa cirri-ciri orang yang Beriman?
3.    Apa saja Pilar-pilar utama Rukun iman, dan bagaimana cara mengimaninya?


C.   TUJUAN MAKALAH
1.    Menjelaskan tentang Iman dan Rukun iman
2.    Menjelaskan tentang tanda-tanda atau cirri-ciri Orang Beriman
3.    Menjelaskan tentang 6 Pilar Utama Rukun iman, serta cara mengimaninya.
  

BAB II
PEMBAHASAN
A.   ARTI IMAN DAN RUKUN IMAN

Secara etimologis, rukun iman itu terdiri dari2 kata, yaitu Rukun dan Iman,keduanya berasal dari bahasa arab. Iman artinya percaya dengan sepenuh hati. Rukun artinya dasaratau tiang, sandaran, penompang,. Rukun iman berarti dasar iman atau tiangnya iman. Mengingat sebuah tiang, maka ia adalah penjaga atapnya atau bangunan keislaman seseorang dilihat dari segi keimanannya[1].
Menurut mahrus,Hujjatul islam walmuslimun, syeikh Imam al-Qhazali pernah menjelaskan makna iman itu terbagi dalam 3 hal[2]:
1)    Berarti pengakuan dengan lidah (iqrar bi al-lisan)
2)    Membenarkan pengakuan itu dalam hati (tashdiq bi al qalb)
3)    Mengamalkan imannya itu dengan rukun-rukun ( ‘amal bi al-arkan)
Terkait dengan keimanan tersebut,kitab suci al-qur’an juga menyebut hal apa saja yang perlu diimani secara terperinci, sekalipun tidak menggunakan kata arkan al-iman. Sebagaimana di sebut dalam QS. An-nisa [4]; 136, yang artinya: “wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rosul-Nya, serta kitab yang Allah Turunkan sebelumnya.kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya arang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.
Dalam ayat lain juga disebutkan tentang berbagai hal terkait dengan imani, sekalipun tidak lebih lengkap dari ayat sebelumnya: “Rosul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula oramng-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan Rosul-rosul-Nya.[3] (QS.Al-Baqarah [2]: 285)
            Dalam kitab Irsyadul’ibad Illasabilirrasyad (terjemah, salim bahreisy,) menyebutkan bahwa Attaj Assubuki berkata: “ islam berupa ibadat jasmani, dan tidak di anggap kecuali denagn iman, sedang iman itu kepercayaan dalam hati, juga tidak di anggap kecuali disertai denagn ucapan lidah terhadap dua kalimah Syahadat”. Dan Secara pokok iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist Jibril (Hadist no. 2 pada hadist arba’in an-Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi Shallahu’alaihi wa sallam tentang iman, lalu beliau menjawab:
الإِيْماَنُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَِئكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ والْيَوْمِ اْلآخِرِوَتُؤْمِنَ بِالْقَدِرِ خَيْرِهِ وَشَرِّه
Artinya: ”Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan percaya kepada taqdirNya, yang baik dan yang buruk.” (Mutafaqqun ‘alaihi).[4]
Salim basri menyatakan bahwa Imam  nawawi dalam kitab syarah muslim berkata: Ulama’ ahlisunah telah sepakat, baik ahli hadist maupun ahli fiqih bahwa orang beriman dengan hatinya tetapi tidak mengucapkan dengan syahadat dengan lidahnya, jika tidak ada halangan akan kekal dalam neraka[5].
Dari paparan diatas, dapat diketahui bahwa yang yang disebut rukun iman itu ada enam perkara, yaitu: Iman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, hari kiyamat, dan iman kepada Qadha dan Qadar.
Dalam hadist tersebut juga disebutkan tentang rukun islam dan ihsan. Dengan penjelasan secara singkat tentang ketiga prinsip sebagai orang islam tersebut, bias dikatakan bahwa ketiganya itu tidak boleh dipisahkan satu sama lain.sebagai orang isla, selain kita menjalankan perintah yang termaktub dalam rukun islam itu, juga kita harus mempercayai adanya rukun iman itu.dari kedua rukun itu, diharapkan kita mempercayai dan mengamalkan prinsip ihsan.pada prinsip ihsan inilah keimanan sesungguhnya dipertaruhkan.
Ihsan sendiri adalah kita beriman kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya,   jika kita tidak mengetauhui adanya atai melihat Allah tersebut, maka sesungguhnya Allah sudah melihat kita. Dalam konteks itulah sebenarnya kata kunci ihsan dan iman merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan satu samalain[6].  hal ini dimaksudkan supaya kita dapat menjadiorang yang beriman (mu’min) dengan sesungguhnya (hakiki). Termasuk dalam pemaknaan iman itu supaya kita menjadi menusia yang khas ataupun khawas al-khawas,bukan sekedar menjadi manusia awam dalam soalmeyakini aqidah islam.

B.   Tanda-Tanda Orang Beriman menurut Al-Qur'an
Tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah SWT antara lain sebagai berikut:[7]
1.    Sangat mencintai Allah SWT.
Ketahuilah bahwa orang kalau sudah mencintai pastinya akan sangat cekatan dan aktif, dan dalam hal ini melakukan berbagai macam kebajikan sebagai wujud akan rasa cintanya. Suarat Al-Baqarah ayat 165.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Artinya:
dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

2. Selalu Komitmen dalam Syahadatnya.
Surat Al-Fath ayat 18
 
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”.

 3. Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu.
Dalil Surat Al-Isar' ayat 36

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُو

Artinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

4. Mentaati Aturan.
Dalilnya Surat AN-Nisa' ayat 60, 65.
Surat An-Nur ayat 51
Surat Al-Ahzab ayat 36.

5. Hidup Berjamaah
Surat An-Nisa' ayat 59


C.         PILAR UTAMA RUKUN IMAN : ENAM RUKUN
1.    IMAN KEPADA ALLAH SWT
Rukun Iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang merupakan dasar dari seluruh ajaran Islam. Orang yang akan memeluk agama Islam terlebih dahulu harus mengucapkan kalimat syahadat.
Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah SWT sudah dimiliki manusia sejak ia lahir. Bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT sejak ia berada di alam arwah[8].  Firman Allah SWT :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ * سورة )الأعراف 172(
Artinya : Dan ingatlah, ketika TuhanMu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : “Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi
Iman kepada Allah SWT, Artinya kita yakin dan percaya bahwa Allah itu ada. Adanya Allah itu dibuktikan dengan penciptaan bumi, matahari, bulan, bintang, hewan, tumbuhan, dan semua yang ada dimuka bumi ini. Adanya allah itu karena kemahaEsaan-Nya. Esa itu baik dalam Dzat maupun sifat-Nya[9].
 Adapun sifat Allah itu terbagi dalam beberapa bagian. Ada yang wajib bagi Allah, dan mustahil bagi Allah[10].

Sifat Wajib
Artinya
Sifat Mustahil
Maksud
Wujud
Ada
Adam
Tiada
Qidam
Terdahulu
Huduts
Baru
Baqa
Kekal
Fana
Berubah-ubah (akan binasa)
Mukhalafatuhu lilhawadis
Berbeda dengan makhluk-Nya
Mumathalatuhu lilhawadith
Menyerupai sesuatu
Qiyamuhu binafsih
Berdiri sendiri
Qiamuhu bighairih
Berdiri-Nya dengan yang lain
Wahdaniyat
Esa (satu)
Ta'addud
Lebih dari satu (berbilang)
Qudrat
Kuasa
Ajzun
Lemah
Iradat
Berkehendak (berkemauan)
Karahah
Tidak berkemauan (terpaksa)
Ilmu
Mengetahui
Jahlun
Bodoh
Hayat
Hidup
Al-Maut
Mati
Sama'
Mendengar
Sami
Tuli
Basar
Melihat
Al-Umyu
Buta
Kalam
Berbicara
Al-Bukmu
Bisu
Kaunuhu qaadiran
Keadaan-Nya yang berkuasa
Kaunuhu ajizan
Keadaan-Nya yang lemah
Kaunuhu muriidan
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
Kaunuhu mukrahan
Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
Kaunuhu 'aliman
Keadaan-Nya yang mengetahui
Kaunuhu jahilan
Keadaan-Nya yang bodoh
Kaunuhu hayyan
Keadaan-Nya yang hidup
Kaunuhu mayitan
Keadaan-Nya yang mati
Kaunuhu sami'an
Keadaan-Nya yang mendengar
Kaunuhu ashamma
Keadaan-Nya yang tuli
Kaunuhu bashiiran
Keadaan-Nya yang melihat
Kaunuhu a'maa
Keadaan-Nya yang buta
Kaunuhu mutakalliman
Keadaan-Nya yang berbicara
Kaunuhu abkam
Keadaan-Nya yang bisu

Sebelum Islam datang, orang jahiliyah sudah mengenal Allah SWT. Mereka mengerti bahwa yang menciptakan alam semesta dan yang harus disembah itu dzat yang Maha Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana diungkapkan di dalam Al-Qur’an [11]:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ * )سورة الزخرف 9(
Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab : “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu Yang Maha Kuasa. Yang Maha Kuasa itu adalah dzat yang mengatur alam semesta ini. Dzat yang mengatur alam semesta ini sudah pasti berada di atas segalanya. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat luas dan teramat rumit ini diatur oleh dzat yang kemampuannya terbatas[12]. Sekalipun manusia sekarang ini sudah dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak dapat mengatur alam raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya, manusia tidak akan dapat menghentikan barang sedetik pun bumi untuk berputar.
Dzat Allah adalah sesuatu yang ghaib. Akal manusia tidak mungkin dapat memikirkan dzat Allah. Oleh sebab itu mengenai adanya Allah SWT, kita harus yakin dan puas dengan apa yang telah dijelaskan Allah SWT melalui firman-firman-Nya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini.
Iman kepada Allah bermakna bahwa kita meyakini tentang penjelasan Allah dan Rasulnya mengenai keberadaan Tuhan. Untuk lebih terperinci lagi, makna iman kepada Allah dapat kita jabarkan dalam empat poin[13].
a.    meyakini bahwa penciptaan manusia adalah kehendak Allah dan tidak mahkluk lain yang terdapat di semesta alam tanpa pengetahuan Allah swt,
b.    meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan bumi dan alam semesta dan Allah pulalah yang memberikan reski kepada manusia dan mahkluk lainnya.
c.    meyakini bahwa Allahlah yang patut disembah dan hanya kepadaNyalah segala ibadah ditujukan, misalnya berzikir, sujud, berdoa, dan meminta. Semuanya hanya kepada Allah semata.
d.    meyakini sifat-sifat Allah yang tercantum dalam alquran (Asmaul Husna)


2.    IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH
Malaikat ialah mahkuluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya, dengan ketaatan selalu menjalankan perintah Allah dan kesanggupannya untuk beribadah kepada Allah. Malaikat diciptakan tidak memiliki sikap ketuhanan dan hanya Allahlah Tuhan semesta alam. Jumlah malaikat sangat banyak dan semuanya tunduk dan menjalankan perintah Allah SWT. Firman ASllah SWT dalam surat At-Tahrim ayat :6: yang Artinya “ Hai Orang-orang yang beriman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bergejolak yang bahanbakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selaalu mengerjakan apa yang diperintahkanNya” [14]
Dengan demikian, maka para malaikat itu tidak mungkin melakukan perbuatan yang durhaka kepada Allah atas setiap PerintahNya dan selalu mengerjakan apa yang diperinatahkanNya.
Makna beriman kepada malaikat dapat dijabarkan kedalam empat poin[15]:
a.    mengimani wujud mereka.
b.    mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui namanya, sedangkan yang kita tidak ketahui namanya kita mengimaninya secara Ijmal (garis besar).
c.    mengimani sifat malaikat yang terdapat dalam hadis, misalnya Rasullullah saw, pernah bertemu langsung dengan malaikat jibril yang memiliki 600 sayap (Bukhari) di hadis lain dikatakan setiap sayap malaikat jibril menutupi setiap ufuk (Ahmad).
mengimani tugas malaikat seperti yang telah diberitahukan kepada kita. Malaikat senantiasa beribada kepada Allah; bertasbih siang dan malam dan berthawaf di Baitul Ma'mur dan lain sebagainya.
 Nama-Nama Malaikat dan Tugasnya
Barikut adalah nama-nama malaikat yang wajib kita ketahui, antara lain[16]:
1.    Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.
2.    Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.
3.    Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.
4.    Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
5.    Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur.
6.    Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.
7.    Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.
8.    Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
9.    Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.

3.  IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
a.  Pengertian Iman kepada Kitab-kitab Allah
Menurut pengertian bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan. Dengan demikian, iman kepada kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini kitab-kitab Allah Swt. yang diturunkan melalui para utusan-Nya, yaitu kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw, kitab Injil kepada Nabi Isa as, kitab Taurat kepada Nabi Musa as, dan kitab Zabur kepada Nabi Daud as. Kepercayaan tersebut diyakini dalam hati sanubari, diikrarkan dengan ucapan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal salih.[17]
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 177. Berdasarkan ayat tersebut, yang diperkuat oleh akal pikiran sehat maka hkum beriman kepada kitab-kitab Allah adalah wahib. Jika ada seseorang yang mengaku sebagai seorang muslim, tetapi tidak percaya kepada kitab Allah maka orang tersebut dianggap telah murtad (keluar dari Islam).
b.  Fungsi Iman kepada Kitab-kitab Allah
Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah dapat dilihat, antara lain dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1)         Dalam Kehidupan Pribadi
Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah dalam kehidupan pribadi adalah sebagai stabilisator. Maksudnya, manusia akan selalu menyadari bahwa semua yang menimpa dirinya berupa kenikmatan, kesenangan, kesusahan, dan musibah, semuanya telah diatur oleh Allah Swt.[18]
2)         Dalam Kehidupan Bemasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah memiliki fungsi sebagai motivator (pendorong) bagi setiap anggota masyarakat untuk selalu berbuat kebajikan. Manusia merupakan makhluk social yang tidak mungkin hidup dengan sendirinya. Ia butuh bergaul dan bermasyarakat. Sedangkan untuk menjadi warga masyarakat yang baik hendaknya harus memahami tata cara dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam lingkungan masyarakatnya. Sebagai warga negara ia juga harus mengikuti aturan atau undang-undang yang berlaku di negara tersebut, selama aturan-aturan yang ditetapkan tidak bertentangan sengan ajaran agama Islam.
Dengan kata lain, iman kepada kitab Allah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat berfungsi sebagai motivator, dinamisator, dan stabilisator, sehingga hubungan dengan sesama manusia, baik perorangan ataupun kelompok akan terjalin secara selaras, serasi, dan seimbang.
c.         Melaksanakan Ajaran Kitab-kitab Allah
Kitab Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa as. Di dalamnya terdapat beberapa isyarat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu. Taurat menerangkan aqidah-aqidajh yang benar, janji-jani Allah, dan ancaman-ancaman-Nya terhadap hamba yang membangkang. Dalam kitab Taurat juga ada keterangan yang tegas akan datangnya Nabi Muhammad Saw. sebagai penutup para nabi dan rasul, dan juga sebagai pembawa risalah yang menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.[19]
Kitab zabur adalah wahyu allah yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Isi ajarannya mengandung do’a-do’a, zikir, pelajaran, dan hikamh. Hukum agama dan syariat tidak kita temukan di dalam kitab ini. Hal itu disebabkan Nabi Daud as. dalam sejarah kenabian hanya mengikuti hukum yang terdapat dalam kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.[20]
Kitab Injil diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Isa as. Kitab Injil dirunkan oleh Allah Swt. bertujuan untuk menerangkan beberapa hokum dan mengajak umat manusia kiembali kepada aqidah tauhid (monoteisme). Kitab Injil juga memiliki misi mengadakan perbaikan agama Bani Israil yang pada waktu itu telah terdapat berbagai penyimpangan dan penyelewengan. Injil juga menerangkan perihal kedatangan Nabi Muhammad Saw. Kitab ini mengikuti ajaran kitab taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Kitab diwajibkan beriman kepada kitab-kitab terdahulu yang dirunkan sebelum Al-Qur’an.
Al-Qur’an berfungsi sebagai penyempurnaan ajaran-ajaran terdahulu. Kitab-kitab terdahulu memiliki ajaran yang tidak universal, hukum perundang-undangan yang terkandung di dalamnya pada umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat di mana kitab-kitab itu diturunkan. Oleh karena itu, Al-Qur’an dating untuk menyempurnakan kitab-kitab suci tersebut.[21]
Firman Allah Swt.
Artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dengan demikian, kita hanya berkewajiban melaksanakan ajaran-ajaran Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah satu-satunya petunjuk an pedoman yang mengatur tata cara hubungan manusia dengan Allah, dirinya sendiri, sesame manusia, dan alam lingkungan sekitarnya.

4.  IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
a.  Sikap Mengimani Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul-rasul Allah termasuk rukun iman keempat. Dalam Al-Qur’an dijelaskan yang artinya: “Katakanlah, taatilah Allah dan rasul-Nya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 32)
1)               Para Rasul adalah utusan Allah
Rasul adalah orang yang iutus Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran kebenaran kepada manusia (umatnya) dengan berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya. Sebagai seorang muslim kita harus mengimani para nabi atau rasul Allah Swt. Sikap mengimani tersebut berarti mengikuti ajaran-ajaran yang telah disampaikan para rasul kepada umat. Ajaran para nabi dan rasul ini tidak ada sedikit pun unsure kekerasan, penipuan, kerusakan, permusuhan, dan sejenisnya.[22]

Semua sikap dan tindakan para rasul allah tidak semata-mata berdsarkan atas kehendaknya sendiri, melainkan sesuai dengan bimbingan yang telah diwahyukan oleh Allah Swt. kepada mereka.
Firman allah Swt:
Artinya:
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya…” (QS. Al-Baqarah: 136)
Alasan lain untuk mengimani para rasul Allah adalah bahwa segala tugas mereka sangat berat. Berbagai tantangan, rintangan, dan hambatan senantiasa berada di depan mereka pada saat melaksanakan misi dakwah. Karena tugas berat ini Allah Swt. mengaruniai para rasul suatu bekal berupa mukjizat, yang berguna untuk melumpuhkan serangan dan tipu daya musuh.
2)               Para Rasul Mempunyai Tugas yang Sama
Jumlah rasul yang tertera dalam Al-Qur’an sebanyak 25 orang, di antaranya ada yang mendapat gelar Ulul Azmi, yaitu mempunyai pendirian yang teguh dan berjuang keras dalam mensyiarkan agama Allah. Para rasul yang termasuk golongan Ulul Azmi adalah Nabi Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad Saw. Khusus Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi terakhir beliau adalah rasul yang paling istimewa di antara yang lainnya, karena beliau diutus tidak hanya terbatas pada umat yang berada di sekitar wilayahnya saja, melainkan untuk seluruh umat alam ini.[23]
Para rasul yang satu dengan yang lainnya dalam menjalankan tugas tidaklah ada perbedaan. Mereka sama-sama diberi tugas untuk menjadikan umatnya mau mempercayai adanya Allah Swt, yaitu ajaran tauhid.
Secara umum tugas para rasul dapat dirumuskan sebagai berikut:
a)               Menyampaikan ajaran tentang ke-Esa-an Allah Swt.
b)               Menyerukan manusia (umatnya) untuk berbuat baik.
c)               Memberikan ajaran yang jelas tentang hal-hal yang diperintahkan agama dan yang dilarangnya.
d)               Memberikan berita tentang hal-hal gaib (seperti malaikat, syaitan, iblis dan jin, surge, dan neraka) kepada umatnya.
e)               Memberkan informasi gembira (pahala) dan menyedihkan (siksa) kepada umatnya.
Firman Allah Swt:
Artinya:
“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-An’am: 48)
f)                Menyampaikan ajaran secara sempurna kepada seluruh umatnya untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.[24]
b.               Fungsi Iman kepada Rasul Allah
Fungsi beriman kepada rasul antara lain:
1)  Jauh dari perbuatan kesesatan (kekufuran). Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: “Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka, yang apabila kalian tetap berpegang teguh dengan kuduanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Kitabullah dan sunahku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2)  Tidak merasa khawatir dan bersedih hati (QS. Al-An’am: 48).
3)  Meningkatkan ketaqwaan pada Allah Swt. karena para rasul adalah orang-orang yang paling bertaqwa kepada-Nya.
4)  Menjadikan sikap kejujuran karena rasul adalah orang yang selalu baik dalam hati, lisan, dan perbuatan.
5)  Menumbuhkan etos kerja yang penuh dengan keikhlasan karena para rasul adalah orang yang gigih dalam usaha.
6)  Menumbuhkan rasa kasih saying kepada semua makhluk.
7)  Berani menegakkan kebenaran dan memberantas kejahatan.
8)  Menumbuhkan rasa kesabaran dalam menghadapi masalah dan tidak cepat putus asa.
Memahami fungsi iman kepada rasul tersebut dapat menjadikan jiwa bersih dari rasa kedengkian terhadap sesame dan menjadikan kita giat dalam beribadah kepada Allah Swt. Sikap dan tindakan para rasul perlu dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari agar apa yang dikerjakan selalu mendapat imbalan pahala dari Allah Swt.[25]
c.   Meneladani Perilaku para rasul allah
Rasul diutus oleh Allah Swt. kepada umatnya dengan tujuan utama untuk memberikan suri teladan dalam semua aktivitas kehidupan. Suri telada ini diwujudkan dalam bentuk akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Akhlak para rasul Allah tercermin di dalam kitab suci Al-Qur’an. Seperti yang diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa akhlak Nabi Muhammad Saw. Sangat sesuai dengan Al-Qur’an. Dengan demikian akhlaknya seorang rasul sangatlah mulia dan terpuji.
Firman Allah Swt:
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
33:21
Artinya”
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini memberikan penjelasan kepada manusia bahwa dalam diri seorang rasul penuh dengan contoh keteladanan yang dapat kita contoh di dalam kehidupan sehari-hari sebagaiman tercantum di dalam kitab-kitab dan hadis para sahabat. Oleh karena itu, apabila manusia tidak mau mengikuti jejak yang sudah dicontohkannya, dikhawatirkan mereka terjerumus pada kemaksiatan.[26]
25 Nabi Dan Rosul :
> Nabi Adam a.s.
> Nabi Idris a.s.
> Nabi Nuh a.s.
> Nabi Hud a.s.
> Nabi Saleh a.s.
> Nabi Ibrahim a.s.
> Nabi Luth a.s.
> Nabi Ismail a.s.
> Nabi Ishaq a.s.
> Nabi Ya’qub a.s.
> Nabi Yusuf a.s.
> Nabi Ayub a.s.
> Nabi Zulkifli a.s.
> Nabi Syu’aib a.s.
> Nabi Musa a.s.
> Nabi Harun a.s.
> Nabi Daud a.s.
> Nabi Sulaiman a.s.
> Nabi Ilyas a.s.
> Nabi Ilyasa a.s.
> Nabi Yunus a.s.
> Nabi Zakaria a.s.
> Nabi Yahya a.s.
> Nabi Isa a.s.
> Nabi Muhammad SAW.

5.  IMAN KEPADA HARI AKHIR (KIAMAT)
a.  Pengertian Hari Akhir
Hari akhir dalam bahasa Al-Qur’an sering disebut dengan “Yaumul Akhir” yang artinya hari terakhir atayu hari kiamat, yaitu hari terakhir dari kehidupan dunia. Hari akhir adalah kehancuran alam semesta beserta isinya dan setelah itu manusia masuk ke suatu alam yang hakiki (sebenarnya), yang waktu itu sangat lama (kekal abadi). Setelah kejadian hari kiamat, bukan berarti selesai segala urusan, tetapi sebaliknya harus mempertanggung jawabkan seluruh amal yang telah diperbuatnya selam di dunia.[27]
Beriman kepada kepada hari kiamat merupakan unsure pokok keimanan. Tanpa beriman kepada hari kiamat, iman seseorang tidak akan diterima. Oleh karena itu, keimanan kepada hari kiamat sama halnya dengan keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat allah, kitab-kitab-Nya, rsul-rasul-Nya, dan qada qadar-Nya.[28]
Firman Allah Swt:        
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 136)
b.  Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra
Di dalam Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang menjelaskan perihal hari kiamat. Dalam ayat-ayat tersebut, kiamat terbagi menjadi dua, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra.
1)  Kiamat Sugra
Kiamat Sugra atau kiamat kecil adalah berakhirnya kehidupan manusia (kematian) dan bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan sebagainya.
2)  Kiamat Kubra
Kiamat kubra atau kiamat besar adalah berakhirnya seluruh kehidupan makhluk secara serempak. Kematian semua makhluk tersebut bersamaan dengan hancurnya alam semesta. Islam menegaskan bahwa kiamat pasti akan dating. Akan tetapi, waktu kedatangan kiamat tidak disebutkan secara jelas.
c.   Tanda-tanda datangnya Hari Kiamat
Tanda-tanda datangnya hari kiamat terbagai menjadi dua, yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar.
1)  Tanda-tanda Kecil
a)  Diutusnya Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul.
b)  Segala urusan dipegang oleh bukan ahlinya atau disia-siakannya amanah.
c)  Orang yang dahulu miskin berlomba-lomba menjadi orang berharta atau berkembangnya sifat matrealistik.
d)  Sungai Eufrat berubah menjadi emas.
e)  Baitul Maqdis dikuasai umat Islam.
f)   Banyak terjadi pembunuhan.
g)  Banyak polisi dan pembela kezaliman.
h)  Perang antara Yahudi dan umat Islam.
i)    Banyak terjadi fitnah.
j)    Sedikitnya ilmu agama karena ilmu tersebut telah diangkat.
k)  Merebaknya perzinahan.
l)    Jumlah kaum wanita lebih banyak daripada pria.
m)Bermewah-mewah dalam membangun masjid.
n)  Menyebarnya riba dan harta haram.
o)  Munculnya kumpulan orang yang mengkritik hadis nabi Muhammad Saw.
p)  Banyak laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-laki.
q)  Hubungan keluarga terpecah bela.
r)   Salam hanya diucapkan kepada orang yang dikenali saja.
s)  Tingginya pajak.
t)    Khamar menjadi minuman keseharian.
u)  Merebaknya perilaku homoseks dan lesbian.
v)  Dicabutnya nikmat waktu sehingga waktu berputar seakan lebih cepat daripada biasanya.
2)  Tanda-tanda Besar
a)  Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam di timur.
b)  Munculnya binatang yang dapat berbicara dengan manusia. (QS. An-Naml: 82)
c)  Datangnya al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan Rasulullah Saw. Oleh karena itu, beliau srupa benar dengan akhlak dan budi pekertinya dengan rasulullah Saw.
d)  Munculnya Dajjal, bermata buta sebelah dan mengakui dirinya sebagai Tuhan.
e)  Hilang dan lenyapnya Al-Qur’an yang berupa mushaf dan yang berupa hafalan dalam hati.
f)   Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalelanya pengaruh Dajjal.
g)  Terpecahnya bulan (QS. Al-Qamar: 1).
h)  Kekacauan dan kejahatan semakin meningkat hingga banyak terjadi pembunuhan (H.R. Muslim nomor 5143).
i)    Munculnya Yakjuj dan Makjuj (umat yang suka merusak dan menghancurkan). (H.R. Muslim nomor 5162)[29]
d.  Fase-fase Hari Kiamat
Hari kiamat berlangsung dalam beberapa fase berikut ini:
1)  Yaumul-Qiyaamah
Adalah hari kehancuran alam semesta dan berakhirnya kehidupan makhluk secara serempak yang ditandai oleh tiupan terompet Malaikat Israfil yang pertama.
2)  Yaumul-Ba’as
Adalah hari bangkitnya manusia dari kuburnya yang ditandai oleh tiupan terompet yang kedua oleh Malaikat Israfil.
3)  Yaumul-Hasyr (Yaumul Mahsyar)
Adalah hari berkumpulnya semua manusia di hadapan Allah setelah kebangkitan mereka dari kubur. Semua manusia dikumpulkan secara bersama-sama di satu tempat tanpa ada yang ketinggalan.
4)  Yaumul-Hisab
Adalah hari perhitungan amal baik dan amal buruk manusia. Setelah berada di Mahsyar, mereka akan dihisab satu persatu.
e.  Fungsi Iman kepada Hari Kiamat
Beberapa fungsi iman kepada hari akhir adalah sebagai berikut:
1)  Menambahkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah Swt.
2)  Lebih taat kepada Allah dan rasulullah Saw. dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat.
3)  Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada Allah Swt.
4)  Memberi motivasi untuk beramal dan beribadah karena segala perbuatan baik akan mendapat balasan di akhirat.
5)  Selalu menghiasi diri dengan berzikir kepada Allah Swt. sehingga jiwa menjadi tenang.
6)  Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada hari itu.
7)  Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu.
8)  Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.[30]

6.  IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
a.  Pengertian Qada dan Qadar
1)  Definisi Qada dan Qadar
Qada artinya keputusan atau ketetapan dan qadar artinya ketentuan atau ukuran. Jadi, qada maksudnya ketentuan Allah Swt. yang berlaku bagi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan qadae adalah ketentuan atau ukuran yang berlaku bagi seluruh makhluk-Nya.
Qada dan qadar merupakan hak Allah yang terjadi pada makhluk-Nya yang tidak dapat dihindari, baik yang menyenangkan ataupun sebaliknya, karena semuanya itu telah ditentukan oleh Allah. Manusia hanya dapat berencana, tetapi Allah-lah yang menentukan segalanya. Suka dan duka pada hakikatnya dating dari Allah. Demikian pula kematian adalah bukan hal yang harus diingkarkan atau ditakuti karena ini adalah sesuatu yang pasti terjadi.[31]
2)  Dalil-dalil Iman kepada Qada dan Qadar
Artinya:
       “…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku”. (QS. Al-Ahzab: 38)
      Artinya:
      “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
      Artinya:
       “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al-Hijr: 21)


      Artinya:
      “…Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan,…” (QS. Al-Anfal: 42)
Artinya:
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".
b.  Hubungan Qada dan Qadar dengan Ikhtiar
Hubungan antara qada dan qadar dengan ikhtiat, para ulama berpendapat bahwa takdir itu ada dua macam, yaitu takdir mu’allaq dan takdir mubram. Takdir mu’allaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.sedangkan takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia.
1)  Ikhtiar
Dimensi takdir dari sudut pandang makhluk ada dua dimensi takdir, yaitu takdir musayyar (hamba tidak ada ikhtiar di dalamnya) dan takdir mukhayyar (hamba diharuskan berikhtiar dan disediakan balasan atas ikhtiarnya itu). Atas sifat kasih saying-Nya, Allah Swt. memberikan potensi dan sarana yang sifatnya musayyar berupa akal, petunjuk, dan fisik. Dengan potensi itu, seorang hamba harus berikhtiar sehingga ketentuan Allah Swt. yang terbaik untuk hamba-Nya. Adapun hasilnya sesuai dengan qadar Allah Swt.[32]
2)  Sunnatullah
Allah Swt. adalah Mahakuasa sehingga iradat (kehendak)-Nya akan terlaksana. Hanya dengan menyebut “Jadi!” semua yang dikehendaki-Nya pun terjadi dengan sendirinya (QS. Albaqrah: 117). Meskipun demikian, Allah Swt. tidak sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaan-Nya. Jika Allah Swt. mau melakukan keputusan-Nya tentang seorang manusia, Dia selalu menunggu seberapa jauh usaha manusia tersebut untuk mengadakan perubahan demi mengubah nasibnya. Ia harus mengubah nasibnya sejauh kemampuannya. Selebihnya, ia harus bertawakal kepada Allah Swt. untuk memutuskan iradat-Nya.[33]
3)  Tawakal
Tawakal bagi seorang muslim adalah perbuatan dan harapan dengan disertai hati yang tenang, jiwa yang tenteram, dan keyakinan yang kuat bahwa apa yang harus terjadi pasti terjadi, apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Allah Swt. tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.[34]
c.   Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Dengan beriman kepada Qada dan Qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikamh tersebut, antara lain:
1)  Jalan yang membebaskan dari kesyirikan.
2)  Menjadikan seseorang istiqamah (QS. 70: 19-22).
3)  Menjadikan seseorang selalu berhati-hati (QS. 7: 99).
4)  Melatih diri untuk banyak besyukur dan bersabar (QS. 16: 53).
5)  Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa (QS. 12: 87).
6)  Memupuk sifat optimis dan giat bekerja (QS. 28: 77).
7)  Menenangkan jiwa (QS. 89: 27-30).
8)  Memiliki hati yang qanaah dan ‘iffah (kemuliaan diri).
9)  Memiliki cita-cita yang tinggi yaitu menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia.
10)  Bertekad dan bersungguh-sungguh dalam berbagai hal.
11)  Bersikap adil, baik pada saat senang maupun susah.
12)  Selamat dari kedengkian dan pertentangan.[35]


BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa
1.        Arti Iman kepada Allah itu, percaya bahwa Allah itu satu (tunggal) tidak ada yangmenyamai-Nya, dan tidak  ada sekutu bagiNya dalam KekuasaanNya, dan KetuhananNya. Juga percaya bahwa Allah itu dahulu tidak ada mulanya, dan kekal tidak ada kesudahannya.
2.        iman kepada malaikat itu ialahh mempercayaii mereka hamba Allah yang mulia, tidak melanggar perintah dan berbuat semua yang ditugaskan pada mereka, mereka jujur benar dalam menurunkan ajaran-ajaran Allah
3.        iman kepada kitab-kitan Allah, mempercayai kitab-kitab itu benar firman Allah yang Azzali yang berdirisendiri, tanpa huruf dan suara,dan semua yang terkandung didalamnya hak benar,dan Allah telah menurunkannya pada sebagian utusannya berbentuk lembaran atau dengan lidah malaikat.
4.        iman kepada rosu, percaya bahwa  Allah mengutus mereka kepada umat manusia, dan memelihara dari dosa-dosa besat maupun kecil sebelum dan sesudah jadi nabi.
5.        iman bilyaumil akhir yakni percaya pada apa yang akan terjadi sesudah mati yaitu pertanyaan dalamkubur, ni’mat, dan siksa kubur, bangkit dihari Qiyamat, pembalasan atas semua amal, hisab, timbangan amal, shirath, surge dan neraka.
Iman bilQadar yaitu percaya bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu dalam azall, yakni sebelum menciptakan makhluk, dan apa yang ditaqdirkan pasti terjadi sedang yang tidak ditaqdirkan tidak akan terjadi, dan Allah menjadikan kembalikannya, yakni: baik, buruk, sehat, sakit, manis, pahit, dan sebagainya, maka semua alam menurut ketentuan taqdir dan putusan Allah ta’ala semata-mata.

B.   SARAN
Memperbaiki diri dengan menegenal allah serta sifat-sifatnya, mengimani 6 pilar rukun iman serta menjadi orang yang dicintai Allah  SWT merupakan tujuan utama setiap muslim, maka dari itu marilah kita benar-benar bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah SWT, menjadi manusia yang bermanfa’at bagi orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, 2008 Akidah Akhlak . Bandung: Pustaka Setia

bahreisy, salim. 1977,  Irsyadul’ibad Illasabilirrasyad. Surabaya: Darussaggaf .


Mahrus, 2009. Aqidah. Jakarta: direktoral jendral pendidikan Islam Departement agama Republik Indonesia

Sidiq, Heldan. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMP dan MTs. Kelas IX. Cetakan Pertama. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa

Thoifiru. Rahayu, Suci.  2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI. Cetakan Pertama. Jakarta: Ganeca Exact

Yunan, Aswin. 2010. Pendidikan Agama Islam 3 untuk Kelas XII SMA. Solo: PT Tiga Serangkai Mandiri


[1] Mahrus, Aqidah (Jakarta: Direktorat Jendral pendidikan agama Islam, 2009) h. 30
[2] Ibid. h 30
[3] Ibid. h 31
[4] Salim bahreisy. Irsyadul’ibad Illasabilirrasyad (Surabaya: Darussaggaf . 1977) h 04
[5] Ibid. h 07
[6] Mahrus, Op.Cit. h  32
[7] Salim, Op.Cit, h 05-08
[8] Rosihon Anwar ( Bandung:Pustaka setia 2008) h 89
[9] Mahrus, Op.Cit h 36
[10] Ibid 36-37
[11] Rosihon Anwar, Op.Cit. h 89-90
[12] Ibid, h 91
[13] Ibid, 95
[14] Mahrus. Op.Cit  h 39
[15] Rosihon Anwar. Op.Cit h 123
[16] Mahrus. Op.Cit. h 38-39
[17] Drs. Thoifiru, M.Ag., Dra. Suci Rahayu, Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI (Jakarta: Ganeca Exact, 2007), hal. 83
[18] Ibid, hal. 85
[19] Ibid, hal. 86
[20] Ibid, hal. 87
[21] Ibid
[22] Ibid, hal. 23
[23] Ibid, hal. 25
[24] Ibid, hal. 26
[25] Ibid, hal. 27
[26] Ibid, hal. 28
[27] Heldan Sidiq, dkk., Pendidikan Agama Islam untuk SMP dan MTs. Kelas IX (Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2006), hal. 26
[28] Aswin Yunan, Pendidikan Agama Islam 3 untuk Kelas XII SMA (Solo: PT Tiga Serangkai Mandiri, 2010), hal. 25
[29] Ibid, hal. 32
[30] Ibid, hal. 39
[31] Heldan Sidiq, dkk., Op. cit, hal. 44
[32] Aswin Yunan, Op. cit, hal. 136
[33] Ibid
[34] Ibid, hal. 137
[35] Ibid, hal. 138